SKRIPSI
IDENTIFIKASI
LETAK KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA OPERASI HITUNG BILANGAN
PECAHAN SISWA KELAS V SD NEGERI II SUMBERAGUNG BANARAN JETIS BANTUL
TAHUN AJARAN 2003/2004
IKHSAN MUSTHOFA
NPM : 9941032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2004
1. Apa Masalahnya ?
Terjadi
banyak kesalahan pada siswa kelas V SD Negeri II Sumberagung Jetis
Bantul dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan.
Untuk menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan, siswa
dituntut mampu membaca dan memahami ide dasar soal itu yaitu apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan, serta cara pengerjaan operasi mana yang
diperlukan. Selain itu, siswa dituntut untuk dapat membuat kalimat
matematika serta mampu menafsirkan peritungan secara tepat.
Kesalahan
siswa yang terjadi dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung
bilangan pecahan terbesar terletak pada aspek interaksi bahasa yang
menunjukan kelemahan siswa dalam memahami dan menerjemahkan serta
membuat kalimat matematika dari soal cerita. Disamping itu, kesalahan
yang terjadi pada operasi hitung bilangan pecahan karena siswa salah
dalam menggunakan operasi dasar bilangan pecahan yang terdiri dari
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini secara
langsung ataupun tidak langsung menunjukkan adanya kesulitan atau
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan
pecahan. Untuk itu diperlukan pengulangan-pengulangan materi yang
dianggap sulit perlu dilakukan supaya tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep soal dapat optimal.
2. Mengapa Dianggap Masalah ?
Pembelajaran
Matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi penerapan konsep
matematika pada jenjang berikutnya, serta mempersiapkan dan menyiapkan
manusia yang berkualitas baik intelektual maupun professional dan
diharapkan mampu meningkatkan dan menggali kemampuan dasar afektif,
kognitif, maupun psikomotor sehinga memiliki kemampuan penalaran dalan
pelajaran matematika. Konsekwensinya dalam pelaksanaan pembelajaran
Matematika di sekolah dasar harus mampu menata dan meletakkan dasar
penalaran siswa yang dapat membantu mamperjelas menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi
dengan bilangan dan simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap
logis, kritis, cermat, disiplin, terbuka, optimis, dan menghargai
Matematika.
Untuk
mempelajari Matematika diperlukan suatu kecerdasan dan keuletan yang
matang, karena mata pelajaran Matematika dianggap oleh sebagian besar
siswa sebagai mata pelajaran yang sulit, selain itu penanaman konsep
yang kurang dalam pembelajaran matematika, karena matematika merupakan
mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga siswa malas untuk
mempelajarinya terutama pada saat menyelesaikan soal cerita operasi
hitung pecahan. Selain itu biasa juga disebabkan oleh cara penyampaian
guru terhadap materi yang diajarkan kurang menarik, sehingga siswa
malas untuk mengikutinya, ataupun dimungkinkan siswa kurang serius,
kurang motivasi atau faktor intelegensi dari siswa itu sendiri.
Oleh
karena itu, prestasi Matematika siswa selalu berada di bawah mata
pelajaran lainnya. Hal ini tampak dari hasil rata-rata ujian akhir
nasional untuk rata-rata nilai murni Matematika tidak pernah melewati
angka 6 karena soal-soal cerita operasi bilangan pecahan sangat
mendominasi dalam soal-soal ujian akhir nasional. Padahal, perbaikan
terhadap prestasi Matematika siswa terus dilakukan, baik dari segi
materi maupun segi metode pengajarannya terus di tingkatkan, misalnya
dengan menggunakan latihan-latihan yang terdapat di buku-buku teks,
kita mengenal Manajemen Barbasis Sekolah (MBS), Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), Quantum Teaching, Life Skill, Contextual Teaching and
Learning (CTL), Pakem dan masih banyak yang lainnya merupakan upaya
pembelajaran yang sedang populer diterapkan para pengajar dalam
upayanya meningkatkan kualitas pembalajaran Matematika. Sayangnya
pembaharuan ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga tidak
mampu menyelesaikan akar dari permasalahan yang ada hasilnya nihil,
tetap pada rata-rata nilai ujian tidak melewati angka 6.
3. Apakah Masalah itu Baik ?
Ya,
masalah itu baik untuk di identifikasi, karena jika tidak
diidentifikasi sedini mungkin, maka akan terjadi kesalahan yang
berkelanjutan. Mungkin bukan hanya dalam menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan opersi bilangan pecahan, tetapi dapat berlanjutan ke
materi yang lainya, yang akhirnya berimbas kepada prestasi nilai
matematika akan yang semakin memburuk.
4. Apakah Bisa Dipecahkan dengan Penelitian ?
Menurut
skripsi : “ IDENTIFIKASI LETAK KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL
CERITA OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD NEGERI II
SUMBERAGUNG BANARAN JETIS BANTUL TAHUN AJARAN 2003/2004 “ masalah ini
dapat di pecahkan melalui penelitian, yang dilakukan melalui observasi
pendahuluan. Dari hasil wawancara terhadap beberapa siswa kelas IV, V
dan VI, ternyata kesulitan-kesulitan dan kesalahan yang mereka alami
pada umumnya mereka sulit untuk biasa merespon materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Selanjutnya
penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan materi tes berbentuk
uraian yang diberikan kepada siswa kelas V sebanyak 30 orang. Dengan
demikian melalui tes tersebut, dapat diketahui kesalahan-kesalahan
siswa dalam langkah-langkah pengerjaan soal. Selain itu hasil wawancara
yang diperoleh dari guru dikatakan dari seluruh kelas V, cenderung
mereka sulit untuk memahami soal cerita. Dan disebutkan pula dari siswa
kelas IV juga masih ada ditemukan kesalahan dari segi bahasa.
Berikut
ini tabel hasil penelitian “ IDENTIFIKASI LETAK KESALAHAN DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V
SD NEGERI II SUMBERAGUNG BANARAN JETIS BANTUL TAHUN AJARAN 2003/2004 “
Tabel
Persentase Tingkat Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Bilangan Pecahan
Siswa Kelas V SD Negeri II Sumberagung Semester Genap
Tahun Ajaran 2003/2004
Kesalahan Aspek Kognitif
|
No. Soal
|
Jumlah Skor
|
Persentase rata-rata kesalahan
|
1. Kesalahan Memahami soal
|
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
|
234
|
60%
|
2. Kesalahan membuat model matematika
|
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
|
144
|
37%
|
3. Kesalahan penyelesaian model matematika soal cerita
|
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
|
288
|
73%
|
4. Kesalahan penafsiran menuju jawaban soal
|
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
|
289
|
74%
|
Berdasarkan
tabel di atas, dapat diketahui urutan tingkat kesalahan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan siswa SD II
Sumberagung, Jetis, Bantul tahun ajaran 2003/2004, sebagai berikut :
1) Urutan pertama yaitu pada aspek kognitif penafsiran jawaban soal sebesar 74%
2) Urutan kedua yaitu pada aspek kognitif penyelesaian model matematika sebesar 73%
3) Urutan ketiga yaitu pada aspek kognitif pemahaman bacaan soal sebesar 60%
4) Urutan keempat yaitu pada aspek kognitif pembuatan model matematika sebesar 37%
Dari
data diatas jelas bahwa terdapat kesalahan atau kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan pada siswa
kelas V SD Negeri II Sumberagung Banaran, Jetis, Bantul Tahun ajaran
2003/2004. yaitu terletak pada siswa itu sendiri dalam hal, memahami
soal, membuat model matematika, penyelesaian model matematika soal
cerita, dan penafsiran menuju jawaban soal. Sehingga hendaknya guru
dapat melakukan pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit,
perlu dilakukan supaya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep soal
dapat optimal, terutama pada point-point memahami soal, membuat model
matematika, penyelesaian model matematika soal cerita, dan penafsiran
menuju jawaban soal.
0 Comment:
Posting Komentar