About


6 Mei 2012

Mengkaji Skripsi



SKRIPSI
IDENTIFIKASI LETAK KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD NEGERI II SUMBERAGUNG BANARAN JETIS BANTUL TAHUN AJARAN 2003/2004



IKHSAN MUSTHOFA
NPM : 9941032



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2004


1. Apa Masalahnya ?
Terjadi banyak kesalahan pada siswa kelas V SD Negeri II Sumberagung Jetis Bantul dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan. Untuk menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan, siswa dituntut mampu membaca dan memahami ide dasar soal itu yaitu apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, serta cara pengerjaan operasi mana yang diperlukan. Selain itu, siswa dituntut untuk dapat membuat kalimat matematika serta mampu menafsirkan peritungan secara tepat.
Kesalahan siswa yang terjadi dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan terbesar terletak pada aspek interaksi bahasa yang menunjukan kelemahan siswa dalam memahami dan menerjemahkan serta membuat kalimat matematika dari soal cerita. Disamping itu, kesalahan yang terjadi pada operasi hitung bilangan pecahan karena siswa salah dalam menggunakan operasi dasar bilangan pecahan yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini secara langsung ataupun tidak langsung menunjukkan adanya kesulitan atau kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan. Untuk itu diperlukan pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan supaya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep soal dapat optimal.

2. Mengapa Dianggap Masalah ?
Pembelajaran Matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya, serta mempersiapkan dan menyiapkan manusia yang berkualitas baik intelektual maupun professional dan diharapkan mampu meningkatkan dan menggali kemampuan dasar afektif, kognitif, maupun psikomotor sehinga memiliki kemampuan penalaran dalan pelajaran matematika. Konsekwensinya dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika di sekolah dasar harus mampu menata dan meletakkan dasar penalaran siswa yang dapat membantu mamperjelas menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan bilangan dan simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, terbuka, optimis, dan menghargai Matematika.
Untuk mempelajari Matematika diperlukan suatu kecerdasan dan keuletan yang matang, karena mata pelajaran Matematika dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai mata pelajaran yang sulit, selain itu penanaman konsep yang kurang dalam pembelajaran matematika, karena matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga siswa malas untuk mempelajarinya terutama pada saat menyelesaikan soal cerita operasi hitung pecahan. Selain itu biasa juga disebabkan oleh cara penyampaian guru terhadap materi yang diajarkan kurang menarik, sehingga siswa malas untuk mengikutinya, ataupun dimungkinkan siswa kurang serius, kurang motivasi atau faktor intelegensi dari siswa itu sendiri.
Oleh karena itu, prestasi Matematika siswa selalu berada di bawah mata pelajaran lainnya. Hal ini tampak dari hasil rata-rata ujian akhir nasional untuk rata-rata nilai murni Matematika tidak pernah melewati angka 6 karena soal-soal cerita operasi bilangan pecahan sangat mendominasi dalam soal-soal ujian akhir nasional. Padahal, perbaikan terhadap prestasi Matematika siswa terus dilakukan, baik dari segi materi maupun segi metode pengajarannya terus di tingkatkan, misalnya dengan menggunakan latihan-latihan yang terdapat di buku-buku teks, kita mengenal Manajemen Barbasis Sekolah (MBS), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Quantum Teaching, Life Skill, Contextual Teaching and Learning (CTL), Pakem dan masih banyak yang lainnya merupakan upaya pembelajaran yang sedang populer diterapkan para pengajar dalam upayanya meningkatkan kualitas pembalajaran Matematika. Sayangnya pembaharuan ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga tidak mampu menyelesaikan akar dari permasalahan yang ada hasilnya nihil, tetap pada rata-rata nilai ujian tidak melewati angka 6.
3. Apakah Masalah itu Baik ?
Ya, masalah itu baik untuk di identifikasi, karena jika tidak diidentifikasi sedini mungkin, maka akan terjadi kesalahan yang berkelanjutan. Mungkin bukan hanya dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan opersi bilangan pecahan, tetapi dapat berlanjutan ke materi yang lainya, yang akhirnya berimbas kepada prestasi nilai matematika akan yang semakin memburuk.
4. Apakah Bisa Dipecahkan dengan Penelitian ?
Menurut skripsi : “ IDENTIFIKASI LETAK KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD NEGERI II SUMBERAGUNG BANARAN JETIS BANTUL TAHUN AJARAN 2003/2004 “ masalah ini dapat di pecahkan melalui penelitian, yang dilakukan melalui observasi pendahuluan. Dari hasil wawancara terhadap beberapa siswa kelas IV, V dan VI, ternyata kesulitan-kesulitan dan kesalahan yang mereka alami pada umumnya mereka sulit untuk biasa merespon materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Selanjutnya penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan materi tes berbentuk uraian yang diberikan kepada siswa kelas V sebanyak 30 orang. Dengan demikian melalui tes tersebut, dapat diketahui kesalahan-kesalahan siswa dalam langkah-langkah pengerjaan soal. Selain itu hasil wawancara yang diperoleh dari guru dikatakan dari seluruh kelas V, cenderung mereka sulit untuk memahami soal cerita. Dan disebutkan pula dari siswa kelas IV juga masih ada ditemukan kesalahan dari segi bahasa.
Berikut ini tabel hasil penelitian “ IDENTIFIKASI LETAK KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD NEGERI II SUMBERAGUNG BANARAN JETIS BANTUL TAHUN AJARAN 2003/2004 “

Tabel Persentase Tingkat Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Bilangan Pecahan Siswa Kelas V SD Negeri II Sumberagung Semester Genap
Tahun Ajaran 2003/2004


Kesalahan Aspek Kognitif
No. Soal
Jumlah Skor
Persentase rata-rata kesalahan
1. Kesalahan Memahami soal
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
234
60%
2. Kesalahan membuat model matematika
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
144
37%
3. Kesalahan penyelesaian model matematika soal cerita
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
288
73%
4. Kesalahan penafsiran menuju jawaban soal
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15
289
74%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui urutan tingkat kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan siswa SD II Sumberagung, Jetis, Bantul tahun ajaran 2003/2004, sebagai berikut :
1) Urutan pertama yaitu pada aspek kognitif penafsiran jawaban soal sebesar 74%
2) Urutan kedua yaitu pada aspek kognitif penyelesaian model matematika sebesar 73%
3) Urutan ketiga yaitu pada aspek kognitif pemahaman bacaan soal sebesar 60%
4) Urutan keempat yaitu pada aspek kognitif pembuatan model matematika sebesar 37%
Dari data diatas jelas bahwa terdapat kesalahan atau kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri II Sumberagung Banaran, Jetis, Bantul Tahun ajaran 2003/2004. yaitu terletak pada siswa itu sendiri dalam hal, memahami soal, membuat model matematika, penyelesaian model matematika soal cerita, dan penafsiran menuju jawaban soal. Sehingga hendaknya guru dapat melakukan pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit, perlu dilakukan supaya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep soal dapat optimal, terutama pada point-point memahami soal, membuat model matematika, penyelesaian model matematika soal cerita, dan penafsiran menuju jawaban soal.

0 Comment:

Posting Komentar