About


27 September 2012

2PM Gelar Konser Di Indonesia Tanggal 8 Desember Mendatang


 Kabar gembira bagi para penggemar 2PM, pasalnya grup asal Korea Selatan tersebut dikabarkan segera kembali mengunjungi Indonesia dalam rangka global tour bertajuk ‘What Time Is It?‘. Dilansir dari AllKpop, 2PM akan datang ke Jakarta pada tanggal 8 Desember 2012 mendatang.
Pada 24 September lalu, sebuah situs resmi fans club 2PM mengumumkan bahwa 2PM dan JYP Entertainment sudah menetapkan jadwal tur global mereka. Ada 4 lokasi yang akan menjadi tempat tujuan awal 2PM, yaitu Shanghai, Indonesia, Taiwan, dan Macau.
Belum ada informasi detail mengenai harga atau waktu penjualan tiket, tapi konser 2PM tersebut dijadwalkan akan digelar di Mata Elang International Stadium. Kabarnya 2PM juga akan ditangani oleh Marygops Studios, promotor yang sebelumnya juga sukses membawa 2 PM ke tanah air.
Dalam tur global ‘What Time Is It?’ tersebut, Nichkhun dipastikan akan ikut memeriahkan konser namun harus berada di bawah pengawasan penyelenggara atau promotor setempat sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati. Seperti yang diketahui sebelumnya, Nichkhun 2PM memang sempat bermasalah setelah mengalami insiden kecelakaan yang diduga disebabkan oleh pengaruh alkohol.
Ingin tahu jadwal lengkap tur global 2PM? Ini dia:
  • 17 November: Shanghai, China; Mercedes Benz Arena
  • 8 Desember 8: Jakarta, Indonesia; Mata Elang International Stadium
  • 15 Desember 15: Taipei, Taiwan; Nangang Exhibition Hall
  • 22 Desember 22: Macau, China; Venetian Cotai Arena
Source : 2PM

Noah Tampilkan Foto Terbaru Kapal Nabi Nuh


Noah, judul film baru garapan Sutradara Darren Aronofsky (Sutradara yang sebelumnya akan menggarap film The Wolverine) baru saja menampilkan sebuah foto baru dari lokasi syutingnya.
Tentu saja ini bukanlah film “Noah” yang mengisahkan tentang Ariel dan nama band fenomenalnya eks. Peterpan. Film ini merupakan film terbaru yang dibintangi oleh Russel Crowe yang mengisahkan tentang sejarah kapal (bahtera) Nabi Nuh yang menyelamatkan hewan-hewan dari bencana banjir besar.
Foto baru dari lokasi syutingnya ini menampilkan setting kapal besar yang akan menjadi lokasi utama kisah dalam film ini berjalan.

 
Selain itu, turut ditampilkan juga foto bagian dalam (interior) dari kapal Nabi Nuh tersebut yang berisi ratusan ular dan juga buaya besar didalamnya. Fotonya memang masih samar, karena foto ini dirilis oleh sinematografer film ini bernama Matthew Libatique lewat akun twitter-nya.
Film berbiaya diatas $100 Juta ini (sekitar 960 Milyar Rupiah) ini akan menampilkan kisah epik relijius dari kitab suci tentang Nabi Nuh yanng menerima perintah Tuhan untuk membangun sebuah kapal raksasa. Perintah membangun kapal raksasa tersebut, karena Tuhan ingin mengirimkan hujan yang maha dahsyat untuk menenggelamkan umat Nabi Nuhyang telah meninggalkan perintah-Nya. Kapal raksasanya dengan sepasang hewan dari masing-masing spesies.

Sosok Nabi Nuh akan diperankan oleh Aktor peraih piala Oscar, Russel Crowe (Gladiator).
Noah akan tayang di bioskop pada 28 May 2014. 

Source : Noah

Gangnam Style Menjadi No.1 di Tangga Lagu 37 Negara dan No.2 Billboard Hot 100


Fenomena Gangnam Style oleh Psy terus menunjukan peningkatan, termasuk menjadi no.1 di 37 negara.
Baru-baru ini, sebuah topik hangat di forum komunitas menunjukan sebuah fakta peringkat tangga lagu Gangnam Style di selain negara asalnya Korea. Thread tersebut dimunculkan pada tanggal 22 September dan menegaskan betapa populernya Gangnam Style di seluruh dunia.

Posting ini menunjukkan peringkat “Gangnam Style” di lima negara industri musik terbesar, AS, Inggris, Jerman, Perancis dan Jepang. “Gangnam Style” telah mengambil tempat # 1 untuk kedua negara Amerika Serikat dan Inggris. Serta peringkat kelima di Jerman, 13 di Perancis dan 56 di Jepang.
Negara-negara Eropa lainnya seperti Yunani, Hongaria, Belgia, Polandia, Republik Ceko, Denmark, Slovenia, Latvia, Slovakia, Belanda dan Finlandia, Gangnam Style memegang spot #1.
Gangnam Style juga berada di posisi #1 di berbagai negara-negara Amerika Selatan dan Tengah
seperti Republik Dominika, Guatemala, Peru, Panama, Paraguay, Meksiko, Chile, Brazil, Argentina, Honduras, El Salvador, Ekuador dan Bolivia.

Tidak ketinggalan “Gangnam Style” menempati urutan # 1 top spot di banyak negara Asia juga seperti Macao, Vietnam, Hong Kong, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Taiwan dan Brunei.
Netizen ini mengumpulkan bagan peringkat dari 52 negara dan keluar dari mereka, 37 negara memiliki “Gangnam Style” peringkat sebagai # 1, dan 8 negara memiliki “Gangnam Style” di tempat 2 dan 3.
Netizens yang datang di posting ini berkomentar, “Saya tidak tahu popularitas Psy akan sejauh ini,” “‘Gangnam StyleSaya kira benar-benar megatrend,” “ini daebak,” dan banyak lagi.
Pagi ini, Psy juga menunjukan prestasinya dengan menduduki posisi no.2 di chart Billboard Hot 100. Congratulations!

Source : PSY

Garebeg Maulud Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta INDONESIA 55122


Gerebeg atau grebeg mempunyai arti "suara angin". Garebeg merupakan salah satu adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh Sultan Hamengku Buwana I. Upacara kerajaan ini melibatkan seluruh Kraton, segenap aparat kerajaan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Secara formal, garebeg bersifat keagamaan yang dikaitkan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW serta kedua hari raya Islam (Idul Fitri dan Idhul Adha).'


Garebeg secara politik juga menjabarkan gelar Sultan yang bersifat kemuslimatan (Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah). Selama satu tahun terdapat tiga kali upacara garebeg yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Besar, dan Garebeg Sawal yang diselenggarakan di kompleks Kraton dan lingkungan sekitarnya, seperti di Alun-alun Utara.
Garebeg Mulud diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW yang jatuh tepat pada tanggal 12 Rabiulawal. Bulan Rabiulawal disebut juga bulan Mulud dalam kalender Jawa-Islam. Itulah sebabnya garebeg yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, disebut Garebeg Mulud. Sebenarnya tanggal 12 Rabiulawal mempunyai dua arti penting dalam riwayat hidup Sang Nabi, karena diyakini oleh umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW lahir dan wafat pada tanggal dan bulan yang sama.


Tradisi memperingati hari lahir Sang Nabi ini baru tumbuh setelah agama Islam berkembang luas ke negara-negara lain di luar jazirah Arab. Hari lahir Nabi Muhammad SAW bukanlah hari raya resmi Islam, sebab Islam hanya mengenal dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW sebagai upacara kerajaan ini dipelopori oleh Kesultanan Demak, dari zaman ke zaman dilestarikan oleh para raja Jawa yang kemudian dikenal sangat populer sebagai Garebeg Mulud.
Sebelum Garebeg Mulud diselenggarakan, terdapat beberapa kegiatan adat yang dilaksanakan dalam lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu:

- Upacara Gladi Resik untuk kesiapan prajurit Kraton oleh Bupati Nayoko Kawedanan Ageng Prajurit,
- Upacara Numplak Wajik sebagai tanda permulaan pembuatan gunungan,
- Upacara Miyosipun Hajad Dalem sebagai puncak upacara dengan mengiring keluarnya Hajad Dalem yang berujud gunungan dari dalam Kraton ke Masjid Besar oleh Kyai Pengulu Kraton.

Selain Garebeg Mulud, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga menyelenggarakan Garebeg Mulud Dal yang terjadi setiap satu windu sekali, dan dilaksanakan secara istimewa dengan penuh kemegahan, serta lebih banyak mengungkapkan unsur-unsur kebudayaan lama identitas raja, kerajaan Jawa.
Dalam Garebeg Mulud Dal, Sultan hadir di Masjid Besar di tengah publik dengan memperlihatkan tradisi Kejawen yang penuh dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa Kuno, berbagai macam pusaka Kraton yang sangat keramat sebagai pernyataan tradisional bahwa sultan dan Kasultanan Yogyakarta adalah ahli waris sah dari para raja dan kerajaan Jawa terdahulu. Juga menyatakan sikap tradisional sultan sebagai wakil dari suku bangsanya dalam memuliakan para leluhur.

Kehadiran Sultan di Masjid Besar ditujukan juga untuk melakukan kegiatan religius Islam yakni menendang tumpukan batu-bata yang ditempatkan di pintu terbuka di pagar tembok bagian selatan Masjid Besar. Hal ini merupakan tindakan simbolik yang melambangkan rakyat pada zaman Kasultanan Demak secara resmi telah meninggalkan agama Hindu�Budha untuk memeluk agama Islam. Upacara ini dilakukan hanya setiap delapan tahun sekali atau sekali dalam sewindu.


Gunungan Mulud Dal disebut sebagai Gunungan Kutug atau Gunungan Bromo. Di bagian puncak, diberi lubang untuk menampakkan sebuah anglo berisi bara yang membakar segumpal besar kemenyan, sehingga secara terus menerus mengepulkan asap tebal jika dihembus angin. Pajangannya berupa beraneka macam kue berwarna-warni hampir sama dengan pajangan Gunungan Lanang, bervariasi dengan Gunungan Wadon. Di bagian bawah, beralaskan kain banung tulak dan diletakkan tegak di atas sebuah nampan raksasa berkerangka kayu berukuran 2 x 1,5 m.

 Source :  Grebeg Mulud

Garebeg Besar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta INDONESIA 55122


Gerebeg atau gerbeg mempunyai arti "suara angin". Garebeg merupakan salah satu adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh Sultan Hamengku Buwana I. Upacara kerajaan ini melibatkan seluruh Kraton, segenap aparat kerajaan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Secara formal, garebeg bersifat keagamaan yang dikaitkan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW serta kedua hari raya Islam (Idul Fitri dan Idhul Adha).
Garebeg secara politik juga menjabarkan gelar Sultan yang bersifat kemuslimatan (Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah). Selama satu tahun terdapat tiga kali upacara garebeg yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Besar, dan Garebeg Sawal yang diselenggarakan di kompleks Kraton dan lingkungan sekitarnya, seperti di Alun-alun Utara.

Garebeg Besar diselenggarakan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk untuk merayakan Idhul Adha, hari raya Islam yang kedua, yang terjadi dalam bulan Zulhijah. Dalam kalender Jawa, bulan Zulhijah disebut bulan Besar sehingga Garebeg yang diselenggarakan untuk merayakan Idhul Adha disebut Garebeg Besar.
Selain untuk merayakan Idhul Adha, penyelenggaraan Garebeg Besar juga dimaksudkan untuk merayakan umat Islam yang baru saja selesai menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Oleh karena itu, di kalangan masyarakat umum, Garebeg Besar juga dimengerti sebagai lebaran kaji (haji).
Dahulu Garebeg Besar juga disertai dengan pasowanan garebeg di Sitihinggil dengan mengadakan selamatan negara di Masjid Besar berupa gunungan dan sebagainya. Sesuai dengan tata cara yang berlaku, dalam Garebeg Besar, Sultan tidak melakukan kunjungan ke Masjid Besar, tetapi menyerahkan sejumlah hewan kurban seperti yang dilakukan oleh umat Islam yang mampu.

Source : Grebeg Besar

Taman Pintar Yogyakarta Jl. Panembahan Senopati No. 1-3 Yogyakarta INDONESIA 55122


Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan.
Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan, taman yang mulai dibangun pada 2003 ini ingin menumbuhkembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas.
Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake: Menirukan, dan Nambahi: Mengembangkan.

Zonasi Taman Pintar
Playground:
Daerah penyambutan dan permainan serta sebagai ruang publik bagi pengunjung. Pada daerah ini disediakan sejumlah wahana bermain untuk anak seperti Pipa Bercerita, Parabola Berbisik, Rumah Pohon, Air Menari, Koridor Air, Desaku Permai, Spektrum Warna Dinding Berdendang, Sistem Katrol, Jembatan Goyang, Jungkat-jungkit, Istana Pasir, Engklek, dan Forum Batu   
Gedung Heritage:
Daerah ini diperuntukkan bagi pendidikan anak berusia dini (PAUD), yang terdiri dari anak-anak usia pra-sekolah hingga TK.
Gedung Oval:
Zona ini terdiri dari zona pengenalan lingkungan dan eksibisi ilmu pengetahuan, zona pemaparan, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gedung Kotak:
Gedung ini terdiri dari tiga lantai yakni lantai pertama zona sarana pelengkap Taman Pintar yang mencakup ruang pameran, ruang audiovisual, radio anak Jogja, food court, dan souvenier counter. Lantai dua zona materi dasar dan penerapan iptek terdiri dari Indonesiaku, jembatan sains, teknologi populer, teknologi canggih, dan perpustakaan. Sedangkan lantai tiga terdiri dari laboratorium sains, animasi dan tv, dan courses class.

JAM BUKA:
Setiap hari Selasa hingga Minggu pukul 09.00 - 16.00 WIB (Hari Senin Tutup)
FASILITAS:
- Alat peraga iptek interaktif
- ruang pameran dan audiovisual
- Food court
- Mushola
- Toko souvenir
- Pusat Informasi


TIPS & TRIK:
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke Taman Pintar (khususnya rombongan), sebaiknya melakukan konfirmasi terlebih dahulu maksimal tiga hari sebelum tanggal kunjungan. Rombongan minimal berjumlah 20 orang dengan membawa surat keterangan dari instansi yang bersangkutan.

Source : Taman Pintar

Gembira Loka Jl. Kebun Raya No.2 Yogyakarta 55171, Indonesia


Gembira Loka berarti tempat bersenang-senang. Ide pertama kali muncul pada tahun 1933, namun banyaknya kendala, realisasi pembangunan Gembira Loka baru di mulai pada tahun 1953. Adalah Yayasan Kebun Raya dan Gembira Loka yang bertugas merealisasikannya. Peletakan batu pertama di lakukan pada tahun 1955 oleh Sri Paku Alam VIII, kemudian pembangunan terus berlangsung hingga tahun 1975. Pada tahun itu juga Gembira Loka dinyatakan mandiri.
Dalam usaha untuk mengembangkan Gembira Loka Zoo sebagai lembaga konservasi yang lebih kompetitif dalam hal pelestarian lingkungan dan satwa sesuai tuntutan jaman, Yayasan Gembira Loka Yogyakarta menggandeng PT. Buana Alam Tirta sebagai mitra untuk menangani manajemen Gembira Loka Zoo.
Museum sekaligus Kebun Binatang ini merupakan salah satu museum di Yogyakarta yang koleksinya paling lengkap. Berbagai jenis tubuh-tumbuhan dan hewan baik yang hidup dan mati terdapat di museum ini. Jumlah koleksi tumbuhan di museum ini kurang lebih 60 spesies tanaman langka seperti miri hutan, kepel, randu alas, keben, siperes, dan lain-lain. Sedangkan spesies hewan yang ada sekitar 311 jenis seperti harimau, kida nil, jerapah, anoa, gajah, buaya, dan lain-lain.
Gembira Loka buka setiap hari mulai pukul 07.30 - 17.30 WIB. Harga tiket masuk untuk hari biasa adalah Rp 15.000  dan Rp 20.000 pada hari libur dan cuti bersama.

Akses menuju Gembira Loka sangatlah mudah. Kebun Binatang ini berada di tengah kota. Lokasinya yang sangat dekat dengan Balai Kota Yogyakarta memudahkan untuk mencari lokasi ini. Akses jalan juga sangat mendukung karena dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat atau dengan kendaraan umum seperti Bus Trans jogja.

Source : Gembira Loka

Bukit Bintang Perbukitan Pathuk, Gunungkidul, Yogyakarta


Bukit Bintang merupakan wisata malam di Yogyakarta, tepatnya di daerah perbukitan pathuk, Gunung kidul. Wisata malam disini dimaksudkan bahwa tempat ini akan terlihat lebih indah saat malam hari. Bukit bintang ini sebenarnya berupa tempat yang luas diatas bukit sehingga kita dapat melihat pemandangan Yogyakarta dari titik yang cukup tinggi. Ketika malam hari lampu-lampu kota Yogyakarta yang menyala menambah keindahan suasana. 

Selain untuk melihat keindahan Yogyakarta pada malam hari, lokasi ini juga sering dimanfaatkan oleh para remaja untuk berkumpul menghabiskan malam serta banyak muda mudi yang sedang memadu kasih. Jika anda ingin melihat Kota Yogyakarta dari atas pada malam hari, anda dapat berkunjung ke lokasi ini karena lokasi ini sangat mudah untuk ditemukan karena tepat berada  dipinggir Jalan penghubung anatara Yogyakarta dan Wonosari.


Source : Bukit Bintang

Pojok Beteng Yogyakarta INDONESIA


Sudut-sudut benteng Kraton Yogyakarta memiliki bentuk visual yang unik dan menarik yang tentunya tidak akan dijumpai di kota lainnya. Sudut-sudut benteng ini biasa disebut bastion atau pojok beteng atau disingkat jokteng oleh masyarakat Yogyakarta. Disebut Beteng dan bukan benteng karena masyarakat Yogyakarta yang suka mempersingkat kata.Benteng dengan sudut-sudut yang unik ini selain memiliki nilai historis juga saat ini menjadi sebuah objek menarik yang menambah kekhasan Yogyakarta sebagai kota budaya.

Terdapat empat pojok  benteng, tetapi saat ini hanya tersisa tiga pojok benteng. Satu pojok benteng yang terletak di sebelah utara-timur Kraton telah hancur akibat serangan pasukan Inggris pada peristiwa "Geger Spei".

Pojok benteng yang masih ada yaitu :
  • Pojok Beteng Wetan atau dalam Bahasa Indonesia berarti Pojok Beteng Timur. Pojok Beteng Wetan dilengkapi dengan tempat pengintain yang berjumlah tiga, tempat prajurit berjumlah sepuluh buah, dan sebuah gudang yang diduga sebagai gudang mesiu. Pojok Beteng Wetan ini tepatnya berada di sebelah barat perempatan Jl. Brigjend Katamso - Jl. Parangtritis - Jl. May. Jend. Sutoyo - Jl.Kolonel Sugiono.

  • Pojok Beteng Kulon atau dalam Bahasa Indonesia berarti Pojok Beteng Barat. Disebut demikian karena letak Pojok benteng ini berada di sisi paling barat dan paling selatan dari wilayah Kraton Yogyakarta. Pojok Beteng Kulon dilengkapi dengan tempat pengintaian yang jumlahnya ada tiga buah dan tempat prajurit sebanyak sepuluh buah. Tetapi Pojok Beteng Kulon tidak dilengkapi dengan ruangan yang berfungsi sebagai gudang mesiu. Posisi Pojok Beteng Kulon tepatnya berada di sisi timur perempatan Jl. Wachid Hasyim - Jl. Bantul - Jl. Sugeng Jeroni - Jl.Let Jend MT Haryono.

  • Pojok Beteng Lor atau Pojok Beteng Utara. 
 
Source : Jokteng 

Museum Benteng Vredeburg Jl. Jenderal A. Yani No. 6 Yogyakarta INDONESIA 55122


Benteng yang dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda ini digunakan untuk menahan serangan dari Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki menara pengawas di ke-empat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Pada dasar meriam di kubu bagian selatan, Kraton Yogyakarta dan beberapa bangunan bersejarah lainnya termasuk kepadatan lalulintas di sekitarnya terlihat dengan jelas. Dibangun pada tahun 1765 oleh Belanda, Museum dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi  ini mempunyai beberapa koleksi antara lain:
- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.
- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.
- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

SEJARAH
Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang mempunyai arti "Benteng Peristirahatan" , dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765 � 1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti �Benteng Perdamaian�.
Secara historis bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah mengalami berbagai perubahan fungsi yaitu pada tahun 1760 - 1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada tahun 1830 -1945 berfungsi sebagai markas militer Belanda dan Jepang, dan pada tahun 1945 - 1977 berfungsi sebagai markas militer RI.
Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan kepada pemerintah. Oleh pemerintah melalui Mendikbud yang saat itu dijabat Bapak Daoed Yoesoep atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku pemilik, ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara pada tanggal 9 Agustus 1980.
Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November 1992 resmi menjadi "Museum Khusus Perjuangan Nasional" dengan nama "Museum Benteng Yogyakarta".
Bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum.


JAM BUKA
Selasa - Jumat: 08.00 - 16.00 WIB
Jumat - Sabtu: 08.00 - 17.00 WIB
ntuk hari Senin dan hari libur nasional, tutup.

TIKET MASUK
Dewasa: Rp 750.00
Anak-anak: Rp 250.00
Asing: Rp 750.00

FASILITAS
- Perpustakaan
- Ruang Pertunjukan
- Ruang Seminar, Diskusi, Pelatihan dan Pertemuan
- Audio Visual & Ruang Belajar Kelompok
- Hotspot gratis
- Pemandu
- Ruang Tamu
- Mushola
- Kamar mandi

KEGIATAN
Dialog, diskusi, pelatihan dan pertemuan.

ACARA SPESIAL
Pameran, pertunjukan, dan festival.

TIP & TRIK
Perhatikan barang bawaan Anda dan tetaplah bersama-sama dengan rombongan karena pihak museum tidak menyediakan alat pengeras suara untuk memanggil salah satu rombongan Anda.

Bila membawa kendaraan bermotor, pastikan Anda meninggalkannya dalam keadaan terkunci karena pihak keamanan dari museum tidak hanya berjaga di lokasi parkir tetapi juga bertugas untuk menjaga kompleks museum.

Source : Benteng

Monumen Serangan Umum 1 Maret Jl. Malioboro km.0 Yogyakarta


Monumen Serangan Umum 1 Maret berada di area sekitar Benteng Vredeburg yaitu tepat di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Ketika itu Negara Indonesia telah dianggap lumpuh dan tidak ada oleh Belanda. Untuk membuktikan bahwa Negara Indonesia masih ada maka dilakukan serangan besar-besaran. Serangan ini dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III.
Dalam peperangan itu kota Yogyakarta saat itu berhasil diduduki oleh TNI selama 6 jam sampai dengan pukul 12.00, sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan berhasilnya Serangan Umum 1 Maret ini maka moril TNI semakin meningkat dan mampu mematahkan propaganda yang dilakukan Belanda.
Saat ini Monumen Serangan Umum 1 Maret ini merupakan salah satu landmark dan cagar budaya provinsi DIY sebagai bangunan yang mengingatkan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah pada masa lalu. Pada saat-saat tertentu terutama pada waktu hari besar Nasional misalnya hari Kemerdekaan atau hari Pahlawan, monumen ini sering digunakan sebagai tempat acara untuk memperingati hari besar tersebut. 


Source : Monumen 1 Maret

Kraton Yogyakarta Kompleks Kraton Yogyakarta INDONESIA 55133

 
Bangunan Kraton dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat kota Yogyakarta. Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Beliau yang memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk membangun bangunan tersebut, tepat di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah berawa yang dikeringkan.

Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya.

Yang disebut Kraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata : ka + ratu + an = kraton. Juga disebut kadaton, yaitu ke + datu + an = kedaton, tempat datu-datu atau ratu-ratu. Bahasa Indonesianya adalah istana, jadi kraton adalah sebuah istana, tetapi istana bukanlah kraton. Kraton ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, arti filsafat dan arti kulturil (kebudayaan).
 
Dan sesungguhnya kraton yogyakarta penuh dengan arti-arti tersebut diatas. Arsitektur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya, sampai pada warna gedung-gedungnyapun mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan sembarangan pohon. Semua yang terdapat disini seakan-akan memberi nasehat kepada kita untuk cinta dan menyerahkan diri kita kepada Tuhan yang Maha Esa, berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-hari dan lain-lain.
 
Siapakah gerangan arsitek dari kraton ini? Beliau adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri. Waktu masih muda, baginda bergelar pangeran Mangkubumi Sukowati dan dapat julukan, menurut Dr.F.Pigeund dan Dr.L.Adam dimajalah Jawa tahun 1940:"de bouwmeester van zijn broer Sunan P.B II" ("arsitek dari kakanda Sri Sunan Paku Buwono II").
 
Komplek kraton terletak di tengah-tengah, tetapi daerah kraton membentang antara Sungai Code dan Sungai Winanga, dari utara ke selatan adalah dari Tugu sampai Krapyak. Namun kampung-kampung jelas memberi bukti kepada kita bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya di kraton pada waktu dahulu, misalnya Gandekan = tempat tinggal gandek-gandek (kurir) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggal prajurit kraton wirobrojo, Pasindenan tempat tinggal pasinden-pasinden (penyanyi-penyanyi) kraton.

Luas kraton Yogyakarta adalah 14.000 m². Didalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan.

Kita mulai dari halaman kraton ke utara:
1. Kedaton/Prabayeksa
2. Bangsal Kencana
3. Regol Danapratapa (pintu gerbang)
4. Sri Manganti
5. Regol Srimanganti (pintu gerbang)
6. Bangsal Ponconiti (dengan halaman Kemandungan)
7. Regol Brajanala (pintu gerbang)
8. Siti Inggil
9. Tarub Agung
10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64)
11. Alun-alun Utara dihias dengan
12. Pasar (Beringharjo)
13. Kepatihan
14. Tugu
Angka 64 itu menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa, atau usia 62 tahun Masehi.
Kalau dari halaman kraton pergi ke selatan maka akan kita lihat:
15. Regol Kemagangan (pintu gerbang)
16. Bangsal Kemagangan
17. Regol Gadungmlati (pintu gerbang)
18. Bangsal Kemandungan
19. Regol Kemandungan (pintu gerbang)
20. Siti Inggil
21. Alun-alun Selatan
22. Krapyak
Catatan:
1. Regol =pintu gerbang
2. Bangsal =bangunan terbuka
3. Gedong =bangunan tertutup (berdinding)
4. Plengkung =pintu gerbang beteng
5. Selogilang =lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam podium rendah, tempat duduk Sri Sultan atau tempat singgasana Sri Sultan
6. Tratag =bangunan, biasanya tempat berteduh, beratap anyam-anyaman bamboo dengan tiang-tiang tinggi, tanpa dinding.
Komplek kraton itu dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, beteng namanya. Panjangnya 1 km berbentuk empat persegi, tingginya 3,5 m, lebarnya 3 sampai 4 m. di beberapa tempat di beteng itu ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi, di ke-empat sudutnya terdapat bastion-bastion dengan lobang-lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh. Tiga dari bastion-bastion itu sekarang masih dapat dilihat. Beteng itu di sebelah luar di kelilingi oleh parit lebar dan dalam.
Lima buah plengkung atau pintu gerbang dalam beteng menghubungkan komplek kraton dengan dunia luar. Plengkung-plengkung itu adalah:
1. Plengkung Tarunasura atau plengkung Wijilan di sebelah timur laut.
2. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat daya.
3. Plengkung Jogoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat.
4. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan.
5. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur.

SEJARAH
Pada tahun 1955, perjanjian Giyanti membagi dua kerajaan Mataram menjadi Ksunanan Surakarta dibawah pemerintah Sunan Pakubuwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta dibawah pemerintah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Pesanggrahan Ayodya selanjutnya dibangun menjadi Kraton Kasultanan Yogyakarta .
Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat dimana Kraton Yogyakarta sekarang berada merupakan daerah rawa yang dikenal dengan nama Umbul Pachetokan, yang kemudian dibangun menjadi pesanggrahan yang bernama Ayodya. Kraton Yogyakarta menghadap ke arah utara, pada arah poros Utara selatan, antara gunung merapi dan laut selatan. Di dalam balairung kraton, dapat disaksikan adegan pisowanan (persidangan agung) dimana Sri Sultan duduk di singgasana dihadap para pemangku jabatan istana. Regol Donopratomo yang menghubungkan halaman Sri Manganti dengan halaman inti kraton, dijaga oleh 2 (dua) patung dwarapala yang diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang melambangkan kepribadian baik manusia, yang selalu menggunakan suara hatinya agar selalu berbuat baik dan melarang perbuatan yang jahat. Di dalam halaman inti kraton, dapat dilihat tempat tinggal Sri Sultan yang biasa digunakan untuk menerima tamu kehormatan dan menyelenggarakan pesta. Di tempat ini juga terdapat keputren atau tempat tinggal putri-putri Sultan yang belum menikah.
Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1256 atau tahun Jawa 1682, diperingati dengan sebuah condrosengkolo memet di pintu gerbang Kemagangan dan di pintu Gading Mlati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa : "Dwi naga rasa tunggal" Artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, tunggal=I, Dibaca dari arah belakang 1682. warna naga hijau, Hijau ialah symbol dari pengharapan.
Disebelah luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanan-kiri ada hiasan juga terdiri dari dua (2) ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa: "Dwi naga rasa wani", artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, wani=1 jadi 1682.
Tahunnya sama, tetapi dekorasinya tak sama. Ini tergantung dari arsitektur, tujuan dan sudut yang dihiasinya. Warna naga merah. Merah ialah simbol keberanian. Di halaman Kemegangan ini dahulu diadakan ujian-ujian beladiri memakai tombak antar calon prajurit-prajurit kraton. Mestinya mereka pada waktu itu sedang marah dan berani.
JAM BUKA
Setiap hari mulai pukul 08.30 -13.00 WIB, kecuali hari Jum’at Kraton hanya buka sampai dengan pukul; 11.00 WIB
TIKET MASUK
Dewasa : Rp 2.000,00
+ Rp 1.000,00 (jika ingin memotre)
+ Rp 2.000,00 (jika ingin merekam)
FASILITAS :
- Alun-alun Utara dan Selatan
- Siti Hinggil
- Sasono Hinggil
- Gedong Jene
- Masjid Agung
- Bangsal Sri Manganti
- Bangsal Trajumas
- Bangsal Proboyeksa
- Bangsal Kencana
- Museum Kereta
- Museum HB. IX
- Museum Lukis
- Museum Kristal
- Museum Cangkir
- Seni Pertunjukan
- Perpustakaan/ Widya Budaya,dll
- Cenderamata/ Oleh-oleh Khas Jogja

KEGIATAN
· Pertunjukan Gamelan pada hari senin dan selasa pukul 10.00-12.00 WIB
· Pertunjukan Wayang Kulit pada hari sabtu pukul 09.00-13.00 WIB
· Pertunjukan Tarian pada hari minggu dan kamis pukul 19.00-12.00 WIB
· Pembacaan Puisi pada hari jum’at pukul 10.00-11.30 WIB
· Pertunjukan Wayang Golek pada hari rabu pukul 09.00-12.00 WIB

TIP & TRIK
-Jangan melakukan sesuatu yang tidak lazim ketika berada dalam area Kraton.
- Jangan buang sampah sembarangan.
-Dari Kraton Yogyakarta anda dapat meneruskan perjalanan wisata anda menuju Museum kereta, Taman Sari, Pasar burung Ngasem dll yang hanya berjarak sekitar satu kilometer (10 menit) dari Kraton.
- Jika anda kecapekan, pergunakan jasa angkutan becak.
 
Source : Kraton

Kawasan Nol Kilometer Yogyakarta Yogyakarta INDONESIA


Titik nol kilometer Kota Yogyakarta adalah sebuah titik yang menjadi patokan penentuan jarak antar daerah di Yogyakarta atau kota-kota lain di luar Yogyakarta.
Di manakah letak titik nol kilometer Kota Yogyakarta? Beberapa orang mungkin memiliki jawaban yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa titik nol kilometer tersebut berada di Keraton, Alun-alun Utara, atau malah di antara dua Pohon Beringin yang berada di tengahnya. Secara keseluruhan, letak titik nol kilometer berada di lintasan antara Alun-alun Utara hingga Ngejaman di ujung selatan Malioboro.
Sebuah papan peringatan resmi yang berada di depan bekas bangunan Senisono dapat menjadi petunjuk di mana tepatnya titik nol kilometer itu berada. Titik itu tentu berada di sekitar perempatan jalan yang ada di depannya. Pada akhir tahun 70-an hingga awal tahun 80-an, di tengah perempatan ini masih terdapat sebuah air mancur kota. Mungkin juga letak titik nol kilometer berada di lokasi air mancur ini.

Kawasan di sekitar titik nol kilometer ini adalah kawasan wisata sejarah berupa bangunan-bangunan kuno yang sering juga disebut loji, yaitu bangunan-bangunan tua yang besar peninggalan Belanda. Kawasan nol kilometer juga menjadi sentra perekonomian bagi masyarakat Yogyakarta karena letaknya yang memang strategis. Sebut saja kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo, kawasan jalan Kyai Ahmad Dahlan, serta kawasan jalan Wijilan yang tak pernah sepi dan selalu dipadati wisatawan.
Saat malam hari, di sepanjang trotoar di sekitar perempatan jalan Jend. Ahmad Yani dan jalan KH Ahmad Dahlan menjadi tempat muda-mudi nongkrong menghabiskan malam dan juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas-komunitas tertentu untuk berekspresi dan mencari inspirasi. Di area Monumen Serangan Umum Satu Maret yang juga masih berada di kawasan nol kilometer ini juga sering dipakai untuk konser musik.

Source : 0 KM

Istana Air Tamansari Jl. Taman, Kraton Yogyakarta INDONESIA 55133

Pada mulanya Tamansari adalah taman air yang indah dan menawan yang kadang disebut juga sebagai Segaran (dalam bahasa Jawa berarti laut buatan). Dahulu kala, setiap kali Sultan mengunjungi taman tersebut, beliau akan mendayung perahu pribadinya melewati jembatan gantung yang disebut �Kreteg Gantung' yang terletak di depan gerbang Kraton, ke arah selatan atau utara Kemandungan. Bagian lain dari bangunan yang dulu terhubung dengan jembatan gantung masih dapat dilihat.

Pada bagian dalam taman ini selain terdapat transportasi air terdapat juga jalan bawah tanah atau terowongan dari Kraton Yogyakarta yang menuju salah satu bangunan di taman yang disebut Pasarean Ledoksari, yakni tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan. Juga terdapat Sumur Gumuling, yaitu bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah.
Di masa lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat Sultan melakukan Sholat yang dapat dicapai melalui salah satu lorong bawah tanah yang ada di kompleks taman. Selain itu, masih banyak terdapat lorong bawah tanah, yang dulunya dipakai sebagai jalan penyelamatan bilamana sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan musuh.

Di salah satu bagian ada bagian yang disebut Pulau Kenanga karena di halaman depan gedung tumbuh pohon Kenanga (Canangium Odoratum. Bunga Kenanga menyebarkan bau yang harum ke seluruh bagian taman.
SEJARAH
Konon taman yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757 ini merupakan hasil karya bergaya arsitektur baru yang merupakan campuran gaya Jawa dan Portugis.

JAM BUKA
Buka setiap hari dari pukul 09.00-15.30 WIB
TIKET MASUK
Domestik         : Rp 2.500,00
Mancanegara   : Rp 5.000,00
KEGIATAN
Setelah selesai dipugar, Taman Sari akan disediakan untuk umum yang ingin melakukan kegiatan-kegiatan khususnya yang berhubungan dengan kebudayaan, walaupun tidak menolak kemungkinan untuk dipergunakan sebagai tempat untuk acara lain misalnya pesta.
FASILITAS :
- Tempat parker
- Pemandu wisata berlisensi
TIP & TRIK
Ketika anda berada di Tamansari, sepeda adalah alat transportasi yang paling tepat untuk anda yang ingin berkekeliling daerah sekitar Taman Sari. Hara sewanya sekitarRp 5.000,00 per jam untuk menyewa sebuah sepeda, tetapi kondisi sepeda tidak cukup bagus dan berkewajiban untuk mengganti jika ada kerusakan ataupun kehilangan sewaktu disewakan. 

Source : Taman Sari

Gua jepang Dusun Sentonorejo, Jogotirto, Berbah, Sleman Yogyakarta.



angan pernah membayangkan di dalam gua peninggalan bala tentara Jepang ini kotor, becek, licin, berlumut serta ditumbuhi rumput-rumput liar. Gua Jepang ini telah dibangun sebelum tahun 1945 yang lokasinya berada di Dusun Sentonorejo, Jogotirto, Berbah, Sleman Yogyakarta.


Jalan menuju ke dalam gua keriung serta tidak licin, langit-langit maupun dindingnya tidak berlumut. Pintu masuk kedalam gua juga terlihat bersih dari rumput-rumput liar. Sehingga, tidak ada lagi alasan yang membuat pengunjung ragu akan gua yang satu ini.

Gua ini memiliki 4 pintu masuk. Tiap pintu masuk mempunyai tekstur dan relief yang beda. keunikan setiap pintu akan menghasilkan gambar yang artistik tersendiri pada kamera bila Anda mengabadikan gambar. 
 
Begitu masuk kedalam pintu gua, maka akan terdapat lorong yang terhubung satu sama lain. Karena itu, gua ini sering digunakan oleh anak-anak yang tempat tinggalnya berada disekitar gua, untuk bermain petak umpet. Anak-anak sudah mengenalk benar lorong-lorong jalan di gua tersebut.

Konon, gua ini dibuat oleh tentara Jepang unutk menyimpan amunisi. Di dalam gua ini masih terlihat lubang bentukan yang hingga kini sudah ditutup semen dan besi sebagai landasan meletakkan bom. Kini, bom-bom yang pernah disimpan didalam gua tersebut sudah tidak ada lagi. Menurut Jasmin, yang merupakan juru kunci gua tersebut, bom-bom tersebut dikeluarkan pad tahun 1947. 
 
Source : Goa Jepang

Candi Prambanan Jl. Jogja-Solo Km. 16 Prambanan, Yogyakarta INDONESIA 55282

Agama Hindhu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Whisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan bahwa candi Prambanan merupakan candi Shiwa.
Candi Prambanan atau Candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Roro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceriterakan tentang seorang dara yang jonggrang (jangkung) yang adalah putri Prabu Boko. Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan yang dihiasi dengan relief cerita Ramayana yang dapat dinikmati dengan ber-pradaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu.
Cerita berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Whisnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terdapat relief ceritera Kresna Dwipayana yang menggambarkan tentang kisah masa kecil Prabu Khrisna sebagai titisan Dewa Whisnu dalam membasmi keangkara murkaan yang hendak melanda dunia.
Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi patung Durga, permaisuri Dewa Shiwa. tetapi umumnya masyarakat menyebut sebagai patung Roro Jonggrang, yang sebelumnya tubuh hidup dari putri cantik itu yang dikutuk oleh Ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.
Candi Brahma dan candi Whisnu masing-masing hanya memiliki satu buah bilik, yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan. Di hadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana atau kendaraan ketiga dewa tersebut, Ketiga dewa itu kini dalam keadaan rusak dan hanya candi yang di tengah (di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembuyang bernama Nandi (kendaraan dewa Shiwa).
Patung Angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung Garuda sebagai kendaraan dewa Wishnu yang diperkirakan dulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua Dewa itu, kini telah hilang. Keenam candi itu merupakan kelompok yang saling berhadap-hadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi panjang 110 meter.
Di dalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah Utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sudut.
Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindhu sebagai halaman paling sakral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam tiga baris. Di luar halaman tengah ini masih terdapat halaman luar yang berbentuk segi empat dengan sisi sepanjang 390 meter.

SEJARAH
Candi Hindu yang tingginya sekitar 47 meter ini dibangun oleh dinasti Sanjaya pada abad 9. Candi ini mempunyai 3 bagian. Bagian utamanya terletak di sebelah dalam dan dikelilingi oleh beberapa candi kecil yang disebut candi “Perwara”.

JAM BUKA

Buka setiap hari dari jam 08.00-17.00 WIB

TIKET MASUK

Rp 7.500,00/orang 

FASILITAS
- Area parkir yang luas - Kamar mandi - Pusat belanja souvenir
- Pusat makan dan minum
- Tour & Travel resmi dari PT. Taman Wisata  Candi

KEGIATAN
Dari Mei-Oktober setiap bulan purnama, cerita Ramayana biasanya dipentaskan pada malan hari sekitar pukul 19.30-21.30. Tarian yang lebih dikenal sebagai Sendratari Ramayana ini dipentaskan di area terbuka di bagian barat candi.

TIP & TRIK

- Perhatikan rombongan Anda, terutama anak-anak karena luasnya kompleks candi Prambanan. Bila terpisah dari rombongan, segera hubungi petugas untuk membuat pengumuman pencarian.
- Dimohon untuk tidak membuang sampah sembarangan. Di dalam kompleks candi tidak terdapat tempat sampah yang banyak, oleh karena itu, usahakan untuk tidak membawa makanan dan minuman yang dapat merusak candi. Khususnya minuman yang berkarbonasi yang dapat merusak kekuatan batu-batu candi.
Source : Prambanan

Alun-alun Selatan Yogyakarta Jalan Alun-Alun Kidul Yogyakarta


Sejarah
Salah satu ciri yang juga menjadi identitas bagi pusat-pusat kota lama di Pulau Jawa adalah adanya alun-alun pada pusat kota tersebut. Alun-alun di Pulau Jawa ini berupa sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh pohon beringin di tengahnya. Salah satunya yaitu Alun-alun yang berada di Kota Yogyakarta.
Di masa kerajaan Mataram, Alun-alun Kidul berfungsi untuk menyiapkan suatu kondisi yang menunjang kelancaran hubungan antara keraton dengan dunia luar. Alun-alun Kidul juga melambangkan kesatuan kekuasaan yang sakral antara raja dan para bangsawan yang tinggal di sekitar alun-alun. Sedangkan Alun-alun Lor berfungsi untuk menyediakan persyaratan bagi berlangsungnya kekuasaan raja.

Alun-alun Kidul ini merupakan bagian belakang Keraton Yogyakarta. Menurut sejarahnya, alun-alun Kidul dibuat untuk mengubah suasana bagian belakang keraton menjadi seperti bagian depan karena Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan laut Selatan Pulau Jawa jika ditarik dalam satu garis imajiner akan membentuk satu garis lurus. Agar posisi Keraton Yogyakarta tidak seperti membelakangi laut Selatan, maka dibangunlah Alun-alun Selatan.
Masih di dalam kompleks Alun-alun Kidul, terdapat bangunan Sasana Hinggil yang pada zaman dahulu menjadi tempat bagi raja untuk menyaksikan adu manusia dengan harimau yang disebut rampog macan, tetapi saat ini berubah fungsi menjadi tempat pertunjukan seni.
Alun-alun Kidul (Selatan) saat ini
Alun-alun Kidul yang biasa disingkat Alkid atau dalam Bahasa Indonesia berarti Alun-alun Selatan, merupakan wilayah bagian selatan dari Kraton Yogyakarta. Saat ini Alkid menjadi sebuah ruang publik bagi masyarakat. Berbagai macam kegiatan dapat dijumpai di Alkid. Menjelang sore hingga malam hari, Alkid menjelma sebuah tempat rekreasi rakyat yang tentunya sayang untuk dilewatkan.
Berbagai penjual makanan dapat dijumpai di Alkid.  Selain itu, pada malam hari kawasan Alkid ini juga menjadi wisata bersepeda. Berjajar sepeda tandem hingga becak yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan hiasan lampu yang mencolok disewakan oleh sejumlah pemilik sewa sepeda. Alkid juga menjadi area olahraga yang diminati oleh masyarakat Yogyakarta.
Pada bagian tengah alun-alun terdapat dua buah pohon beringin yang usianya cukup tua dan keduanya dibatasi oleh pagar benteng yang kokoh. Pohon Beringin ini pun menjadi sebuah obyek permainan yang menarik. Berawal dari kepercayaan masyarakat Yogyakarta tentang orang yang berhasil melewati kedua Pohon Beringin tersebut dengan menutup mata, maka akan dipermudah dalam meraih cita-citanya, maka saat ini banyak wisatawan yang menyempatkan waktu untuk berkunjung mencoba permainan tersebut.
Terdapat kandang gajah di Alun-alun Kidul. Gajah yang berada di dalam kandang ini adalah milik Kraton Yogyakarta. Dahulu gajah ini sering dinaiki oleh anak-anak sebagai sarana hiburan. Tetapi saat ini hiburan ini memang sudah berkurang walaupun istilah kandang gajah masih cukup familiar di telinga masyarakat.
Letak Alun-alun Kidul yang berada di wilayah selatan Kraton Yogyakarta memudahkan wisatawan untuk berkunjung. Anda hanya perlu menemukan Kraton Yogyakarta dan mengikuti jalan ke arah selatan, maka anda akan langsung menemukan alun-alun Selatan Yogyakarta.

Source : Alkid

Alun-Alun Lor (Alun-Alun Utara) Yogyakarta INDONESIA

Alun-alun utara atau dalam Bahasa Jawa disebut Alun-alun Lor merupakan salah satu land mark Kota Yogyakarta yang berupa sebuah tanah lapang yang berada di depan Keraton Yogyakarta. Disebut Alun-alun Lor karena di Kota Yogyakarta terdapat dua alun-alun yang letaknya di sebelah selatan dan utara dari Keraton Yogyakarta. Alun-alun Lor berbentuk persegi dengan luas 150 x 150 meter dengan dua pohon beringin besar berpagar yang berada di tengah alun-alun. Dua Pohon Beringin Besar itu masing-masing diberi nama Kyai Dewandaru dan Kyai Wijayandaru. Pada masa lalu di sekeliling Alun-alun Lor ditanam 63 Pohon Beringin yang melambangkan umur Nabi Muhammad SAW.

Alun-Alun Lor di Masa Lampau
Beberapa sumber menyebutkan bahwa dulu permukaan alun-alun adalah pasir halus yang cocok digunakan untuk tempat latihan para prajurit juga untuk unjuk kehebatan di hadapan Sultan. Sultan dan para pembesar kerajaan duduk di Siti Hinggil, yaitu bagian muka keraton yang memiliki permukaan lebih tinggi untuk melihat atraksi para prajuritnya. Alun-alun Lor juga digunakan untuk “Tapa Pepe”, yaitu suatu bentuk unjuk diri dari rakyat agar didengar dan mendapat perhatian dari sultan. Tapa Pepe dilakukan pada siang hari terik di antara dua Pohon Beringin oleh seseorang yang sedang memohon keadilan langsung kepada Sultan.
Pada masa lalu di sisi timur alun-alun terdapat pendopo-pendopo kecil yang disebut perkapalan. Perkapalan digunakan oleh para bupati untuk menginap dan beristirahat ketika menghadap sultan.

Pada zaman dahulu, Alun-alun Lor adalah wilayah sakral dimana tidak sembarang orang diperkenankan untuk memasukinya. Ada aturan-aturan yang wajib dipatuhi jika ingin memasukinya, misalnya tidak boleh menggunakan kendaraan, sepatu, sandal, bertongkat, dan mengembangkan payung. Hal ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Alun-Alun Lor sebagai Ruang Publik
Berbeda dengan saat ini, Alun-alun Lor menjadi sebuah ruang publik yang bisa dimanfaatkan oleh setiap orang. Di sini dapat dijumpai berbagai macam pedagang kaki lima yang mengelilingi alun-alun dari pagi hingga malam. Pada waktu-waktu tertentu, seperti Pekan Raya Sekaten, Perayaan Grebeg Maulud Nabi, serta upacara keraton lainnya, Alun-alun Lor akan menjelma sebagai sebuah tempat yang ramai dan dipadati banyak orang karena acara-acara tersebut selalu digelar di alun-alun ini. Acara lain yang biasa diadakan di sini ini adalah pertunjukan seni budaya, konser musik, pasar malam, sepeda santai, dan aktivitas lainnya.

Perjalanan ke Alun-alun Lor sangat mudah karena letaknya yang berada di tengah-tengah Kota Yogyakarta dengan kemudahan akses menuju ke sana. Jika Anda dari arah jalan Malioboro, maka lurus saja ke arah selatan melewati perempatan nol kilo meter. Dari perempatan nol kilo meter  jarak ke Alun-alun Lor sekitar 100 meter.

Berkunjung ke Alun-alun Lor, sempatkan juga untuk mengunjungi tempat wisata yang berada di sekitarnya : Keraton Yogyakarta, Masjid Gedhe, sentra Gudeg wijilan, sentra wisata Malioboro, serta Benteng Vredeburg.

Source : Altar

Sejarah Singkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta.

Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.


Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I.

Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu dinyatakan di dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No. 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 No. 577.

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah :

1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia.
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 ( yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah).
3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 ( yang dibuat bersama dalam satu naskah ).


Dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia, justru dimasa perjuangan bahkan mengalami saat-saat yang sangat mendebarkan, hampir-hampir saja Negara Republik Indonesia tamat riwayatnya. Oleh karena itu pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang berkumpul dan berjuang di Yogyakarta mempunyai kenangan tersendiri tentang wilayah ini. Apalagi pemuda-pemudanya yang setelah perang selesai, melanjutkan studinya di Universitas Gajah Mada, sebuah Universitas Negeri yang pertama didirikan oleh Presiden Republik Indonesia, sekaligus menjadi monumen hidup untuk memperingati perjuangan Yogyakarta.

Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.

Dengan dasar pasal 18 Undang-undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Propisni Daerah Istimewa Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.

Pasal 18 undang-undang dasar 1945 itu menyatakan bahwa “ pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-daerah yang bersifat Istimewa “.

Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.

Sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata.

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman.

Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.

Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.

Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam.

Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Source : Jogja

Tugu Jogja


Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta.
Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.

Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.
Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Bisa dikatakan, saat tugu runtuh ini merupakan keadaan transisi, sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.

Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.
Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.

Bila anda ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofisnya, tersedia bangku yang menghadap ke tugu di pojok Jl. Pangeran Mangkubumi. Pukul 05.00 - 06.00 pagi hari merupakan saat yang tepat, saat udara masih segar dan belum banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang. Sesekali mungkin anda akan disapa dengan senyum ramah loper koran yang hendak menuju kantor sirkulasi harian Kedaulatan Rakyat.

Sore hingga tengah malam, ada penjual gudeg (masakan khas Yogyakarta) di pojok Jl. Diponegoro. Gudeg di sini terkenal enak dan harganya wajar. Anda bisa makan secara lesehan sambil menikmati pemandangan ke arah Tugu Jogja yang sedang bermandikan cahaya.
Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak mahasiswa perantau mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau mencium Tugu Jogja. Mungkin hal itu juga sebagai ungkapan sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera ditinggalkannya, sekaligus ikrar bahwa suatu saat nanti ia pasti akan mengunjungi kota tercinta ini lagi.


sumber Jogja poenya     

Monumen Jogja Kembali (Monjali)


Bunyi sirene tanda istirahat dibunyikan dari pos pertahanan Belanda. Di bawah komando Letkol Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III, mulai menggempur pertahanan Belanda setelah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku penggagas serangan. Pasukan Belanda yang satu bulan semenjak Agresi Militer Belanda II bulan Desember 1948 disebar pada pos-pos kecil, terpencar dan melemah. Selama enam jam Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta, setelah memaksa mundur pasukan Belanda. Tepat pukul 12.00 siang, sesuai dengan rencana, semua pasukan TNI menarik diri dari pusat kota ketika bantuan Belanda datang. Sebuah kekalahan telak bagi pihak Belanda.
Pertempuran yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret inilah yang menjadi awal pembuktian pada dunia internasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan serta menyatakan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini terpicu setelah Pemerintah Belanda yang telah menangkap dan mengasingkan Bung Karno dan Bung Hatta ke Sumatera, memunculkan propaganda dengan menyatakan Republik Indonesia sudah tidak ada.

Berita perlawanan selama enam jam ini kemudian dikabarkan ke Wonosari, diteruskan ke Bukit Tinggi, lalu Birma, New Delhi (India), dan berakhir di kantor pusat PBB New York. Dari kabar ini, PBB yang menganggap Indonesia telah merdeka memaksa mengadakan Komisi Tiga Negara (KTN). Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 14 April 1949 ini, wakil Indonesia yang dipimpin Moh. Roem dan wakil Belanda yang dipimpin Van Royen, menghasilkan sebuah perjanjian yang ditanda tangani pada tanggal 7 Mei 1949. perjanjian ini kemudian disebut dengan perjanjian Roem Royen (Roem Royen Statement). Dalam perjanjian ini Belanda dipaksa untuk menarik pasukannya dari Indonesia, serta memulangkan Presiden dan Wakil Presiden, Soekarno-Hatta ke Jogja. Hingga akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 secara resmi Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia.

Makna Yang Tersirat dan Tersurat Dalam Tetengger Sejarah :
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29 Juni 1985 dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden Suharto dengan penandatanganan Prasasti. 

Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Peletakan bangunanpun mengikuti budaya Jogja, terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis. " Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar Kehidupan" begitu menurut Pak Gunadi pada YogYES. Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang bendera.

Nama Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.

Replika Pesawat Hingga Ruang Hening : 
Memasuki area monumen yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota Jogja ini, pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan timur pengunjung bisa melihat dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun menuju pelataran depan kaki gunung Monumen. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya.
Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat jalan menuju bangunan utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang terdiri dari empat ruang museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI. Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih tersimpan rapi di sana. Di samping itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini berfungsi sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau pesta pernikahan.
Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. sejumlah peristiwa sejarah seperti perjuangan fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya Presiden dan Wakil Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara Keamanan Rakyat tergambar di relief tersebut. Sedangkan di dalam bangunan, berisi 10 diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.

Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.
Selama ini perjuangan bangsa hanya bisa didengar melalui guru-guru sejarah di sekolah, atau cerita seorang kakek pada cucunya. Monumen Yogya Kembali memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Melihat berbagai diorama, relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang kemerdekaan. Satu tempat yang akan memuaskan segala keingin tahuan tentang perjalanan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.

sumber : yogyes.com

25 September 2012

Program Linear

1. Definisi Pemrograman Linear

Setiap perusahaan atau organisasi memiliki keterbatasan atas sumber dayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, mesin dan peralatan, ruang tenaga kerja, jam kerja, maupun modal. Dengan keterbatasan ini, perusahaan perlu merencanakan strategi yang dapat mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai, baik itu berupa keuntungan maksimal atau biaya minimal. Berbagai cara lain telah ditemukan untuk tujuan itu, salah satu diantaranya pemrograman linear (Eddy, 2008).
Pemrograman Linear merupakan metode  matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Pemrograman Linear banyak diterapkan dalam masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain. Pemrograman Linear berkaitan dengan penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan linear dengan beberapa kendala linear (Siringoringo, 2005).

1.1.Sejarah Singkat Pemrograman Linear
Pemrograman linear sebetulnya sudah lahir pada tahun 1939 oleh ide seorang ahli matematika Rusia bernama L. V. Kantorovich dengan metode yang terbatas. Akan tetapi, di Rusia ide ini tidak berkembang. Kemudian pada tahun 1947 seorang ahli matematika dari Amerika Serikat yaitu George B. Dantzig mengembangkan dan menemukan cara memecahkan pemrograman linear tersebut dengan “metode simpleks” (Supranto,1983).

1.2. Sifat Dasar Pemrograman Linear
`           Sifat-sifat dasar atau Karakteristik Pemrograman Linear adalah sebagai berikut:
  • Sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara. Secara statistik, cara ini dapat diperiksa kelinearan menggunakan grafik (diagram pencar).
  • Sifat proporsional dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka sifat proporsional dipenuhi. Atau dengan kata lain, jika pembelian dalam jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional tidak dipenuhi. Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah yang diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi.
  • Sifat aditivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang di antara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk perkalian silang pada model. Sifat aditivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan maupun pembatas (kendala). Sifat aditivitas dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan.
  • Sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel keputusan non integer dimungkinkan.
  • Sifat Kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstan. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai dengan peluang tertentu.
Kelima asumsi (sifat) ini dalam dunia nyata tidak selalu dapat dipenuhi. Untuk meyakinkan dipenuhinya kelima asumsi ini (Siringoringo, 2005).

1.3. Model Pemrograman Linear
Model matematis perumusan masalah umum pengalokasian sumberdaya untuk berbagai kegiatan, disebut sebagai model pemrograman linear. Model pemrogram linear ini merupakan bentuk dan susunan dalam menyajikan masalah-masalah yang akan dipecahkan dengan teknik pemrogram linear.
Masalah pemrograman linear secara umum dapat ditulis dalam bentuk umum sebagai berikut.
…………………..(2. 1)
dengan kendala,
…………………………..(2.2)
dan
xj ≥ 0,  j = 1, 2, 3, …., n …………………………………………………………..(2.3)
keterangan:
z = fungsi tujuan
xj = jenis kegiatan (variabel keputusan)
aij = kebutuhan sumberdaya  i untuk menghasilkan setiap unit kegiatan j
bi = jumlah sumberdaya i yang tersedia
cj = kenaikan nilai Z jika ada pertambahan satu unit kegiatan j
a, b, dan c, disebut juga sebagai parameter model
m = jumlah sumberdaya yang tersedia
n = jumlah kegiatan.

24 September 2012

Fungsi Kuadrat

Bentuk umum fungsi kuadrat adalah f(x) = ax2 + bx + c, dengan a ≠ 0

Sumbu simetri : x = -b/(2a)

Nilai maksimum y = -D/(4a), hanya berlaku jika a < 0
Nilai minimum y = -D/(4a), hanya berlaku jika a > 0

Koordinat titik puncak (-b/(2a), -D/(4a))


Menyusun fungsi kuadrat
1. Fungsi kuadrat yang melalui titik (a, 0) dan (b, 0) adalah
y = a(x - a)(x - b)

2. Fungsi kuadrat yang memiliki koordinat puncak (a, b) adalah
y - b = a(x - a)2


Sifat-sifat koefisien fungsi kuadrat :
a> 0 : parabola membuka ke atas
a < 0 : parabola membuka ke bawah
c > 0 : parabola memotong sumbu y positif
c < 0 : parabola memotong sumbu y negatif
c = 0 : parabola melalui (0, 0)


Diskriminan , D = b2 – 4ac
D > 0 parabola memotong sumbu x di dua titik
D = 0 parabola menyinggung sumbu x
D < 0 parabola tidak memotong sumbu x


Khasus fungsi kuadrat definit è D < 0
1. Definit positif , artinya nilai y selalu positif berapapun nilai x, atau parabola
seluruhnya berada di atas sumbu x. Ini terjadi jika
a > 0
D <0
2. Definit negatif, artinya nilai y selalu positif berapapun nilai x, atau parabola
seluruhnya berada di bawah sumbu x. Ini terjadi jika
a < 0
D < 0

Hubungan antara parabola y = ax2 + bx + c dengan gris y = k
ax2 + bx + c = k
ax2 + bx + c-k = 0
maka D = b 2 – 4a(c - k)

1. D > 0 : parabola dan garis berpotongan di 2 titik
2. D = 0 : parabola dan garis saling bersinggungan
3. D < 0 : parabola dan garis tidak berpotongan


Hubungan antara parabola y = ax2 + bx + c dengan gris y = mx + n
ax2 + bx + c = mx + n
ax2 + (b-m)x + c-n = 0
maka D = (b – m)2 – 4a(c - n)

1. D > 0 : parabola dan garis berpotongan di 2 titik
2. D = 0 : parabola dan garis saling bersinggungan
3. D < 0 : parabola dan garis tidak berpotongan



Hubungan antara parabola y = ax2 + bx + c dan parabola y = px2 + qx + r
ax2 + bx + c = px2 + qx + r
(a - p) x2 + (b-q) x + c- r = 0
D = (b – q)2 – 4(a – p)(c – r)
1. D > 0 : kedua parabola berpotongan di 2 titik
2. D = 0 : kedua parabola saling bersinggungan
3. D < 0 : kedua parabola tidak berpotongan
 
Source : Fungsi Kuadrat